Jumat, 21 Desember 2012

Cerpen "SECERAH MENTARI"


Secerah Mentari

                                                            oleh L K Y



Seorang gadis memasang wajah super bosannya di dalam stand ramal. Saat itu acara ulang tahun sekolahnya dan karena banyaknya permintaan siswa, maka stand ramal pun berdiri tegak dengan antrian yang cukup panjang. Di samping gadis yang sedang bosan itu duduk seorang pria yang terlihat sangat antusias ketika diramal.
“Bagaimana dengan jodoh? Siapa nama jodohku di masa depan?” seru si pria antusias.
“Maaf, saya tidak dapat menyebutkannya. Tapi saya akan memberikan inisial namanya saja pada anda, bagaimana?” jawab si peramal
“Oh, tidak apa-apa. Inisialnya saja sudah lebih dari cukup. Oh iya, apa aku boleh tau dimana tempat tinggalnya?”
“Natan, kau cerewet sekali.. Lihatlah orang yang mengantri banyak!” seru gadis di samping pria yang sedang diramal itu.
“Sabar sedikit, Mentari.”                                                                                
“ Tenang-tenang. Maaf ini pertanyaan terakhir anda ya, kasian orang-orang yang sedang mengantri. Jadi ingatlah inisial nama jodoh anda kelak adalah A, tak usah jauh-jauh orang itu ada di sekitar kehidupan anda.”
“A? A.... Siapa ya?”
“Sudahlah.Sekarang giliranku.” gadis bernama Mentari itu menarik telapak tangan Natan dan memperlihatkan telapak tangannya kepada si peramal yang membuat Natan memasang wajah cemberutnya.
“Hmm, saya melihat sebuah tempat yang kosong pernah mengganjal di kehidupan anda.  Sepertinya itu adalah tempat  dari seseorang yang sangat penting. Pesan terakhirnya selalu membayangi anda, ya?” tanya si peramal.
Seketika itu juga sekelebat bayangan masa lalu menghampiri Mentari. “Cerahkan senyummu, walau nanti tiada satu orang pun yang menemanimu. Carilah sumber cahayamu, sehingga kau tak akan kehabisan sinar. Jangan biarkan sinarmu redup, kau harus menjaganya agar kau terus bersinar seterang namamu, anakku.”
“Tari? Kau teringat ibumu?” guncangan Natan membangunkan Mentari dari ingatannya tentang sang ibu yang telah pergi meninggalkannya selamanya. Ia tak sadar bahwa sejak tadi ia sedang diperhatikan oleh Natan dan si peramal.
“Baiklah, saya lanjutkan saja. Sepertinya jika saya membahas hal itu malah akan membuat anda sedih, saya tidak mau anda keluar dari stand ini dengan wajah murung. Hmm.. kehidupan anda cukup menyenangkan, saya melihat kehidupan yang bahagia setelah anda menikah nanti. Oh, akan ada kejutan yang menyenangkan, anda tunggu saja.” terang si peramal dengan senyum khasnya kepada Mentari.
“Kejutan?.”
“Iya, sesuatu yang anda cari padahal selalu berada di dekat anda.”
“Sesuatu?” Mentari tampak bingung dengan penjelasan si peramal.
“Ah, Tari sekarang kau yang lama. Sudahlah langsung saja ke asmara.” Omel Natan yang berhasil membuat Mentari menatap sinis ke arahnya. Seketika Natan mengutuk dirinya telah berkata seperti itu.
“Baiklah, saya melihat jodoh anda sebenarnya telah menampakkan diri dekat ini. Seseorang yang akan selalu ada untuk anda, dan orang tersebut berinisial N.”
Diperjalanan pulang bersama Natan,  Mentari terus memikirkan kata-kata peramal tadi. Walau ia tak terlalu percaya pada ramalan, namun inisial jodohnya mengingatkan ia pada Niko, tetangga barunya yang sering mengajaknya mengobrol. Mentari memang sudah menyukai Niko sejak  awal kedatangan Niko.  Niko setahun lebih tua dari Mentari  dan Natan yang masih berada di kelas XII SMA , mungkin itulah sebabnya Mentari sangat mengagumi sosok Niko yang dewasa dan ramah. Sangat berbeda dengan sifat Natan yang kadang cuek, kadang cerewet, jahil dan kekanakan. Hingga saat ini Mentari masih memendam perasaanya pada Niko, ia sangat gugup bila bertemu Niko. Ia tidak tahu apa Niko merasakan hal yang sama terhadap dirinya. Namun, menurut Natan mata Niko selalu tampak berbinar dan penuh kasih sayang saat menatap mata Mentari.
“Tari? Mentari? Halooo.” Natan mengibaskan tangannya di depan wajah Mentari yang sedang melamun.
“Ah, sudah sampai? Maaf, sepertinya aku terlalu lelah.” kata Mentari yang hendak membuka pintu mobil Natan.
“Lelah atau memikirkan Niko?” sindir Natan yang langsung membuat Mentari tak dapat berkutik dan diam di tempat.
“Hah, benar ya kau memikirkan orang baru itu lagi? Kelihatannya kau memang benar-benar suka padanya, apalagi setelah peramal itu mengatakan inisial jodohmu kelak N. Hei, ngomong-ngomong soal ramalan tadi menurutmu jodohku siapa ya? Agni, Anne atau Aurey?” oceh Natan dengan senyum khasnya dan mata yang memancarkan keingintahuan seperti anak kecil.
Mentari memutar bola matanya mendengar ocehan Natan. Ini adalah hal yang paling menyebalkan dari Natan. Natan sangat percaya pada ramalan, ia akan sangat cerewet bila membicarakan soal ramalan tentang dirinya kepada orang lain, dan Mentarilah yang paling sering menjadi korban kecerewetannya. Bahkan Natan percaya bahwa dunia ini akan kiamat tahun 2012 sesuai ramalan dari suku Maya, sungguh hal yang kekanakan bagi Mentari.
“Hmm.. mungkin si gendut Atun, atau si jutek Alin.” Ucap Mentari asal.
“Hahahaha.. Kau bercanda? Mereka bukan tipeku. Mungkin aku akan memulai dari Agni. Bagaimana?”
“Terserahmu saja.” Jawab Mentari ketus dan langsung membuka pintu mobil Natan.
“Kenapa marah? Kau cemburu ya? Hahahahaha, tenang Tari, aku akan selalu ada untukmu.”  Goda natan pada Mentari melalui kaca mobilnya yang terbuka.
Mentari hendak masuk ke dalam rumahnya tak peduli dengan ocehan Natan yang menurutnya tak penting, namun kembali berbalik arah karena mendengar namanya dipanggil atau lebih tepatnya diteriaki oleh seseorang di dalam mobil audy putih tersebut.
“Tari, menurut ramalan inisial jodohmu N kan? Apa kau berfikir N itu untuk Niko? Bagaimana bila N itu Natan? Hahahaha Sampai jumpa...”
Sehabis menggoda Mentari, Natan langsung tancap gas karena takut kaca mobilnya atau salah satu spionnya akan lepas terkena high heels melayang Mentari. Ia tau betul jika sahabatnya itu tidak suka digoda seperti gadis-gadis kebanyakan. Mentari memang berbeda.
Di sisi lain Mentari hanya bisa mengumpat kepergian Natan. Benar saja sebenarnya ia ingin mengusir Natan dengan high heelsnya, untung saja Natan lebih cepat bertindak.
“Cih, dasar playboy ikan laut. Mana mungkin N itu Natan, N itu untuk Niko.”  Ucap Mentari sambil senyum-senyum memasuki rumahnya.
Dalam tidur Mentari bermimpi mengenai ibunya. Mentari kini yatim piatu, sang ibu telah menyusul sang ayah ke istana Tuhan itulah yang dikatakan sang ibu saat detik-detik kepergiannya kepada Mentari yang saat itu masih 10 tahun. Mentari sangat amat terpukul, memang seluruh harta warisan jatuh ke tangannya yang kini dikelola  paman dan bibinya. Namun apalah arti harta warisan itu tanpa kasih sayang orang-orang tercintanya. Di saat-saat kekosongan itulah sosok Natan hadir dalam hidupnya. Natan adalah anak dari sahabat paman dan bibinya sekaligus sahabat kedua orang tuanya .Awalnya jika Mentari dan Natan berumur 17 tahun mereka akan dijodohkan. Namun karena kedua orang tua Mentari telah meninggal terlebih dahulu, paman dan bibi Mentari memutuskan untuk membatalkan perjodohan tersebut.
Mentari tersenyum dalam tidurnya saat pertama kali sosok Natan hadir dalam hidupnya. Seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang  memancarkan keceriaan dengan mata dan senyum yang membawa kenyamanan bagi setiap orang yang memandangnya. Itulah kenapa Mentari dapat dengan sangat mudah akrab dengan Natan, karena Natan dapat mencerahkan kehidupannya yang sedang kosong, selalu menghiburnya saat sedih, dan selalu menjadi pendengar cerita setianya. Natan selalu ada kapanpun ia membutuhkannya. Natan orang yang ramah dan suka menggoda wanita, karena itu ia digilai selain karena wajahnya yang tampan. Dan hal itu juga yang membuat Mentari kesal karena selalu diganggu jika sedang bermain dengan Natan, bahkan hal itu berlanjut hingga kini di jenjang SMA.
Pagi-pagi benar di sekolah, Mentari telah mendapati Natan tengah asyik mendekati Agni.
“Cih, pasti dia semalaman mencari gombalan-gombalan terjitu di internet. Dasar playboy ikan laut.” Seru Mentari dalam hati sambil berjalan cuek di depan Natan dan Agni.
Satu minggu sudah Natan selalu mendekati gadis-gadis cantik di sekolah berinisial A. Ada yang risih dengan gombalan-gombalan buaya Natan tapi kebanyakan dari gadis-gadis itu malah terbuai. “Dasar bodoh. Dasar playboy ikan laut. Dasar cari perhatian. Dasar maniak ramalan idiot.” segala macam umpatan telah keluar dari bibir Mentari melihat kelakuan sahabatnya yang setiap hari selalu bersama wanita yang berbeda.  Namun apa yang dapat ia lakukan selain mengumpat? Toh ia hanyalah teman Natan, sah-sah saja jika Natan memang ingin mencari jodohnya. Tapi Mentari tak dapat memungkiri bahwa ia merasakan kekosongan karena selama seminggu ini juga Natan selalu sibuk, tak ada waktu untuk menemaninya. Alunan lagu Sorry Sorry dari Super Junior dari dalam tas membuyarkan lamunannya, segera ia memencet tombol hijau pada telepon genggamnya.
“Halo.”
“Hai Tari, nanti kau bisa pulang sendiri? Aku harus ke toko buku menemani Anatasya. Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang lagi hari ini. Ah iya, aku lupa kau tenang saja karena tak akan ada yang mau menculikmu karena kau itu lebih seram daripada tante-tante galak di sebelah rumahku. Hahahahahaha...Aku yakin para penculik akan kabur setelah terkena lemparan sepatumu. Hahahaha..”
“...”
“Tari? Kau mendengarku? Kenapa diam? Ah, aku tahu pasti kau cemburu ya? Hahaha tenang Tari besok aku akan mengantarmu pulang setelah itu kita bermain-ma....”
“ AKU AKAN PULANG SENDIRI, KAU URUS SAJA SEMUA GADIS-GADIS BODOHMU. JANGAN PERNAH ANTAR AKU PULANG ATAU DATANG KE RUMAHKU LAGI BILA ADA PR, JANGAN PERNAH MENEMUIKU LAGI. DASAR PLAYBOY IKAN LAUT. AKU SANGAT MEMBENCIMU!”
Mentari segera memencet tombol merah pada Hpnya, entah mengapa ia sangat kesal dengan Natan. Ia tak tau kenapa, tapi ia sangat ingin menenggelamkan pria itu ke laut yang paling dalam bersama dengan gadis-gadis bodoh yang di dekatinya.
“Cih, lagipula sejak kapan ia mau diajak ke toko buku. Setiap aku mengajaknya ke sana kurang dari 5 menit ia selalu merasa bosan dan menyeretku pergi.”
Tak lama kemudian, Mentari kembali mendapati Hpnya mengalunkan lagu yang sama seperti tadi tapi dengan penelepon yang berbeda.
“Halo kak Niko.”
“Mentari, kau dimana? Apa sudah pulang? Aku ingin mengajakmu makan bersama.”
“Ma..makan berdua? “
“Iya, tapi jika kau ingin mengajak Natan..”
“TIDAK! Maksudku Natan sedang ada urusan jadi tidak bisa ikut. Aku sedang di depan sekolah, sedang menunggu bis untuk pulang.”
“ Baiklah kau tunggu saja di sana sebentar lagi jam kuliahku selesai, aku akan menjemputmu di sana.”
“Baiklah. Aku tunggu.”
Mentari memencet tombol merah pada HPnya, senyum langsung tersirat pada wajah cantiknya.
“Apa aku sedang bermimpi? Aku akan makan berdua saja dengan Kak Niko. Akhirnyaa...” Batin Mentari sambil tersenyum membayangkan. Ini adalah sebuah kesempatan emas bagi Mentari, karena biasanya bila Niko mengajak Mentari pergi bersamanya Natan pasti selalu ingin ikut menempel. Dia memang perusak suasana.
“Kau mau makan apa?”
“Apapun yang kakak pesan.”
“Hmm.. 2 steak dan 2 orange jus.”
“Baiklah mohon ditunggu.” Kata si pelayan restaurant
“Oh ya, kenapa Natan tidak ikut bersamamu?”
“Cih, sudahlah kak jangan membahas tentangnya lagi.”
“Kenapa? Kalian bertengkar?”
“Tidak, aku hanya....”
Lama Mentari berfikir mengapa ia sangat membenci Natan hari ini. Natan pergi dengan Anatasya bukannya harusnya ia senang? Anatasya gadis yang cantik, pintar dan baik. Banyak pria yang berusaha mendekatinya namun tak berhasil, tapi Natan berhasil mendekati Anatasya bukannya harusnya ia ikut senang? Apa mungkin benar kata Natan di telepon tadi? Lama Mentari berfikir hingga ia tak menyadari bahwa pesanannya telah siap di atas meja.
“Hei.. kepalamu bisa botak jika berfikir seperti itu terus.”
Mentari tersadar saat tiba-tiba ia merasa tangan besar Niko mengacak poninya. BLUSH.
“Hahaha kenapa wajahmu memerah? Ah, lucu sekali kau ini.”
Kini kedua tangan Niko mencubit gemas kedua pipi chuby Mentari, membuat Mentari mematung dan semakin malu. Niko mencubit pipinya? Bagaikan mimpi di siang bolong.
“Apa ramalan peramal itu benar?” batin Mentari.
Niko menceritakan banyak hal tentang kuliahnya  pada Mentari dengan mata berbinar. Membuat Mentarisemakin mengagumi sosoknya yang dewasa dan berfikiran ke depan. Mata Niko sangat nyaman untuk di tatap sama seperti mata milik Natan yang selalu membuatnya nyaman.
“Tunggu. Natan?? Untuk apa memikirkan playboy tengik itu lagi? Cih, bahkan dia ingat padaku saja tidak, pasti dia sedang mondar-mandir tak jelas di toko buku atau malah menjahili pegawainya karena bosan. Kekekekeke.” Batin Mentari
 “Tari kenapa kau tersenyum? Ada yang lucu? ”
“Ah, tidak. Hehehe aku hanya teringat temanku yang lucu. Hahaha.” Kata Mentari sambil tertawa garing berharap Niko mempercayainya.
“Hahahaha kau ini memang susah di tebak, unik sekali. Inilah alasan kenapa aku menyukaimu.”
DEG! Suka? Kata-kata Niko seakan menghentikan kerja jantung Mentari. Inikah akhir penantiannya selama ini? Haruskah ia juga menyatakan perasaannya selama ini pada Niko? Lama Niko memandang mata Mentari dengan tatapan... entahlah, Rindu? Tapi untuk apa?
“Ee..a..aku..”
“Terimakasih “
“Apa?”
“Aku sangat berterimakasih kau selalu menjadi temanku dikala aku kesepian dan merindukan keluargaku di Amerika. Kau ingat aku pernah menceritakanmu tentang adik perempuanku yang ada di Amerika? Kalian sangat mirip. Setiap melihatmu selalu mengingatkanku padanya, kalian mempunyai sepasang mata yang mirip. Aku sangat menyayangimu sama seperti aku menyayangi adikku. Hmm..sebenarnya sekarang adalah hari terakhirku di sini karena besok aku harus kembali ke Amerika dan melanjutkan kuliahku disana. Lagipula aku sangat merindukan adik kecilku disana. Terimakasih berkat kehadiranmu, disini aku seperti merasakan kehadiran adikku jadi aku tidak kesepian. Apalagi ditambah Natan. Kalian berdua sungguh cocok, aku kira kalian berpacaran tapi ternyata kalian sahabat dekat. Natan pria yang baik aku tahu itu, jadi dia pasti akan selalu menjagamu walaupun aku sudah tak disini lagi nanti. Jadi aku bisa tenang meninggalkan adik keduaku disini.Hahahaha.”
Air mata Mentari meleleh satu per satu tanpa disadari oleh Niko yang kini tengah asyik melanjutkan makannya. Mentari merasa sangat bodoh mengira Niko juga menyukainya. Niko hanya menganggapnya adik. Adik kedua hanya itu.
“Ma..maaf aku ada janji dengan Natan jadi aku harus pergi.”
Mentari mati-matian meredam suara paraunya dan langsung berlari meninggalkan Niko yang bingung dengan sikapnya.
Mentari terus berlari dan berlari tak tentu arah. Hingga akhirnya ia menyadari kakinya membawanya ke taman tempat ia dan Natan sering menghabiskan waktu bersama.. Mentari baru menyadari bahwa sebenarnya ia benar-benar gadis yang bodoh terlalu berharap kepada Niko. Tapi, sebenarnya yang membuat hatinya sakit adalah ia sangat bodoh hingga tak menyadari perasaannya sendiri.  Mentari tak merasakan apapun saat mengetahui Niko tak suka padanya ia hanya merasa kecewa dan merasa sangat bodoh, tapi kata-kata Niko tentang ia dan Natanlah yang menyadarkannya. Natan.. memang pria yang sangat baik, selalu menjaganya dan selalu ada untuknya. Harusnya ia sejak awal sadar bahwa sebenarnya ia cemburu melihat Natan mendekati gadis lain sehingga ia merasa sebagian hatinya hilang. Hatinya kosong karena merindukan sosok pria bodoh bernama Natan. Harusnya ia sejak awal sadar bahwa sebenarnya dari dulu hingga sekarang hatinya telah memilih Natan. Kosong... itulah yang kini dirasakan Mentari, kekosongan yang sama saat ia berumur 10 tahun saat ibunya pergi jauh menyusul ayahnya. Kekosongan yang menyakitkan ini... hanya Natan yang dapat menyembuhkannya.
“Kau gadis bodoh.”
Mentari menoleh pada suara yang seakan tak asing baginya. Natan...  Mentari langsung berlari dan memeluk si pemilik sura itu. Ia menangis di pelukan Natan seakan dengan mendekap erat pria itu kekosongan yang menghinggapinya akan segera pergi. Ia tak ingin Natan pergi meninggalkannya.
“Kau.. jangan pernah meninggalkanku lagi. Aku..aku.. tak suka sendirian.. Aku..aku tak bisa hidup tanpamu.” Kata Mentari dengan suara paraunya menahan isak tangis dalam pelukan Natan.
“Kau..mengapa hanya ada Niko itu di matamu? Mengapa kau tak pernah merasakan kehadiranku? Apa kau tidak dapat menerimaku? Apa Niko yang selalu menghiburmu ? Apa Niko yang selalu mengajakmu bermain di taman ini hingga lelah? Apa Niko yang selalu berusaha melindungimu, membahagiakanmu dan selalu ingin melihat senyummu? Apa Niko... orang yang selalu meminjamkan pundaknya untukmu menangis jika kau rindu ibu dan ayahmu?” kata Natan sambil terus memeluk Mentari, gadis yang selama ini ia cintai.
“Maafkan aku, aku memang bodoh dan tak mengerti perasaanku sendiri bahwa sebenarnya hanya kau yang aku suka, hanya kau yang aku mau, hanya kau..yang aku pilih sejak awal, tapi aku tak menyadarinya dan menganggap ini hanya karena aku terbiasa di dekatmu.”
Natan melepaskan pelukan Mentari dan menangkupkan kedua tangannya pada wajah gadis itu agar mata mereka dapat saling bertemu.
“Aku juga sudah menyukaimu dari awal kita bertemu, saat umur kita 10 tahun. Aku merasa harus terus menjagamu dan selalu di sisimu. Entahlah, aku melihat kau sangat kesepian dan aku ingin membuat wajah murungmu tersenyum. Saat pertama melihatmu tersenyum itulah aku jatuh cinta kepadamu. Senyummu... aku ingin membuatmu selalu tersenyum. Tapi kau tak pernah menyadari perasaanku kepadamu hingga kita tumbuh besar, sehingga aku hampir putus asa dan memutuskan mengikuti ramalan. Aku hampir gila saat memikirkan mungkin kita memang tak ditakdirkan bersama.”
“Siapa suruh kau tak pernah menyatakan perasaanmu padaku? Kau malah menceritakan gadis lain denganku.” kali ini Mentari melepaskan tangan Natan dan meninggikan suaranya .
“Siapa suruh kau bercerita padaku bahwa kau menyukai Niko. Jadi aku terpaksa menceritakan gadis lain untuk melihat bagaimana ekspresimu.” Kali ini Natan yang meninggikan suaranya dan mengangkat dagunya menantang Mentari.
“Aku tak suka.. dan tak pernah suka dengan semua ceritamu tentang gadis-gadis itu. Oleh sebab itu aku mengatakan bahwa aku menyukai Kak Niko.” Mentari tak mau kalah dan mengangkat dagunya lebih tinggi dari Natan dan menjinjitkan kakinya agar tinggi mereka sama.
“Aku juga tak suka dengan sikapmu yang tiba-tiba berubah menjadi wanita yang lemah lembut tak bertenaga bila bertemu Niko itu.” Natan semakin mengangkat dagunya dan mendekatkan tubuhnya pada Mentari hingga dahi mereka menyatu. Kemudian mereka dengan kompak berbalik saling membelakangi sambil melipat kedua tangan di depan dada.
“Aku cemburu.” Ucap mereka bersamaan.
Mentari dan Natan sama-sama kaget mendengar kata-kata itu keluar begitu saja secara berbarengan. Kemudia mereka tertawa terbahak-bahak mengetahui tingkah konyol mereka. Hingga Mentari menyadari sesuatu.
“Hei, ngomong-ngomong mengapa kau ada di sini? Bukannya kau di toko buku bersama Anatasya?”
“Itu karena kau.”
“Aku?”
“Kau marah-marah padaku di telepon jadi aku merasa pasti telah terjadi sesuatu padamu. Aku merasa khawatir dan membatalkan janjiku dengan Anatasya. Lagipula aku tak akan tahan di toko buku berlama-lama dengannya. Kau kan tau sendiri Anatasya itu kutu buku, aku bisa mati bosan berada berjam-jam di toko buku. Tapi ternyata kau pergi bersama tetangga barumu itu, karena penasaran jadi aku mengikuti kalian. Aku telah mendengar semuanya, dan aku juga mengikutimu hingga ke sini. Aku juga awalnya kaget mengapa kau bisa ke sini. Tapi sepertinya aku telah mengetahui jawabannya.”
“Apa?”
“Pasti karena kau merindukanku, iya kan? Hahahaha.”
“Dasar bodoh, siapa yang merindukan playboy jelek sepertimu. Ayo kita pulang aku lelah.” Kata Mentari sambil berlalu menuju mobil Natan.
“Hei apa kau buta, aku setampan ini kau bilang jelek . Jika aku jelek tak mungkin banyak gadis yang mengejarku.” Omel Natan sambil mengikuti Mentari dari belakang.
“Itu karena mereka juga gadis jelek.”
“Berarti kau juga gadis jelek.”
Mentari menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap Natan.
“Apa kau bilang? Aku jelek?”
“Kau bilang gadis-gadis jeleklah yang mengejarku berarti bukankah kau juga termasuk gadis jelek?”
“Kau..dasar ikan bodoh..!”
Mentari mencoba melepas sepatunya dan ingin melemparnya pada Natan , tapi pria itu malah berlari menghindarinya. Alhasil terlihatlah pemandangan sepasang kekasih yang sedang kejar-kejaran di taman. Taman yang penuh kenangan mereka.
Hari berganti hari, Niko telah berpamitan kepada 2 sahabatnya untuk kembali ke Amerika. Kepergian Niko pun ternyata tak mempengaruhi hati Mentari sama sekali, ternyat memang benar ia salah mengira selama ini.
“Ternyata ramalan peramal itu benar,ya? Jodohku berinisial N, dan N itu untuk Natan. Hahahaha... Sepertinya aku akan mengikuti jejakmu untuk mempercayai ramalan.”
“Sepertinya aku yang tidak akan percaya ramalan lagi. Hampir semua gadis di sekolah berinisial A aku dekati. Tapi ujung-ujungnya malah aku bersamamu.”
Mentari kemudia teringat sesuatu, dan senyumnya terkembang dengan lebar seketika.
“Bodoh, siapa bilang ramalan itu salah. Kau lupa ya jika namaku itu Aiswara Mentari.”
“Oh iya, hahahahaha berarti ramalan itu benar-benar hebat. Hmm..kalau begitu bagaimana jika setelah kita lulus kuliah nanti kita langsung menikah?”
“Memangnya aku mau menikah denganmu? Lagipula aku takut kau masih mau mencari A yang lain.”
“Itu tak akan terjadi jika senyummu selalu cerah secerah namamu, pacarku.”
“Dasar kau tukang gombal.”
Sepasang kekasih larut dalam tawa bahagia mereka. Hanya karena sebuah ramalan mereka seakan buta bahwa orang yang mereka cari selama ini selalu berada di dekat mereka.
Ibu... Ayah ...
aku telah menemukan kebahagiaanku di sini
 Aku harap kalian juga bahagia di sana.
Ibu...
 aku telah menemukan sumber cahayaku seperti katamu ..
Ia mempunyai sinar yang benar-benar terang..
Dan aku yakin aku tak akan pernah redup bersamanya..
aku akan terus menjaga sinarku itu
sehingga aku akan terus bersinar  cerah secerah namaku
 Mentari...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Listya Kusuma Yanti Blog Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting